Suka {filsafat, ngoprek dan berkomentar}

Goncangan Peduli Ahok & Bhinneka Tunggal Ika di belakangnya 2017

Tidak ada komentar
Ahhh... *Menghela nafas



Tak habis pikir, booming ini terhembus setelah berita mengatakan Ahok diputuskan untuk dihukum selama 2 tahun (yang masih ada proses banding)... Kemudian tiba-tiba, tanpa dikomando banyak netizen bergerak dan mengungkapkan rasa dan pemikiran lewat sosial media. Beberapa pemikiran bagus ini saya garis bawahi dengan point dan kemudian akan saya lanjutkan dengan pembahasan dari saya sendiri:
  1. Beberapa ahli hukum mengatakan bahwa sebenernya yang patut dipermasalahkan adalah ambiguitas pada pasal 156A KUHP yang menjerat Ahok. Ketika bertanya kalau ambigu kenapa tidak diamandemen? doi menjawab bahwa sudah dilakukan tapi proses berhenti pada DPR. Saya kurang paham soal hukum, jadi daripada salah saya biarkan pada fakta kecurigaan ini.
  2. Ada yang membandingkan dengan kasus HR yang menghina Yesus yang dilaporkan oleh PMKRI sengaja tidak diusut. 
  3. Teman saya Muslim Liberal mengatakan bahwa yang jadi masalah adalah ketika agama yang mayoritas mendapatkan support ketika menuntut soal penistaan agama, sedangkan yang minoritas tidak. Ada ketidak-seimbangan/ ketidak-adilan dalam hukum itu sendiri.
  4. Beberapa teman yang pragmatis mengatakan bahwa isu sara memanfaatkan sumbu pendek dari mayoritas masyarakat Indonesia, untuk memobilisasi gerakan politik. Ahok seperti domba dikorbankan untuk menyelamatkan hal yang lebih besar seperti (mungkin): kudeta jokowi dan lebih lanjut kembalinya represi ala 1965. Represi ini datang ketika isu agama dianggap tidak cukup, untuk lebih lanjut cek postingan Allan Nairn di intercept.org.
  5. Teman lain mengatakan ini adalah kesalahan Ahok karena tidak menjaga mulutnya. 
  6. Banyak yang share soal orang nangis akan penghukuman yang tiada henti pada Ahok-si-pelayan-masyarakat itu
  7. Beberapa temen, khususnya cewek banyak yang posting kekecewaannya dan tidak percaya lagi dengan hukum di Indonesia. 
Kemudian setelah berbagai postingan itu saya melihat ada banyak gambar ahok yang disongsong bagai pahlawan ketika entah itu dari/menuju RUTAN (bukan LAPAS) Cipinang. Ada kontradiksi fakta juga bahwa masyarakat juga geram dengan melempari LAPAS Cipinang dengan botol. Kita gak pernah tau.



INDONESIA ITU BEDA

Sebagai negara dengan kebhinnekaan... kita ini sungguh berbeda dari negara lain. Tidak ada negara dengan simbiosis antar kebudayaan yang lebih baik daripada Indonesia, Amerika pun sebagai negara yang berdiri atas prakarsa  para pengacara pun tidak. Kita berdiri selain dengan berbagai kebudayaan juga berbagai agama, itu cobaan double-degree. Dibandingkan Amerika Serikat atau negara seperti Spain, Indonesia tidak pernah melakukan ethnic cleansing. Bandingkan dengan Amerika Serikat: terbagi jadi 4 golongan besar saja (Kulit Hitam, Asia, Meksiko & Kulit Putih) bertengkarnya aja tidak habis-habis. 

setidaknya itu yang ditunjukan oleh media barat.

Namun bukan kemudian kita bisa bangga, cobaan akan adanya double-degree ini selalu terjadi tiap waktu. Seperti sekarang pun soal Ahok.

HUBUNGAN DENGAN HABEAS CORPUS

Ingatkan dengan pelajaran sejarah yang mengajarkan soal Habeas Corpus? ini adalah perjanjian yang dibuat masyarakat terhadap Raja Henry II di Inggris. Di perjanjian ini ditulis soal bagaimana masyarakat tidak boleh diculik dan dihukum tanpa adanya pengadilan terbuka yang adil. Karena praktek tersebut sering terjadi pada pemerintahan yang korup. Hal ini penting, karena tanpa adanya konsep tersebut diktatorisme dapat terjadi dengan mutlak.

Namun apabila kasus Ahok ini walaupun mengalami pengadilan terbuka, keputusannya mengabaikan klausul keadilan seperti 'pemaksaan satu jenis penafsiran yang tidak sinkron dengan dasar negara' maka bisa jadi negaralah yang dikhianati di sini. Opini pribadi: saya selalu merasa ada ketidakjujuran apabila proses itu berjalan tertutup, tidak terbuka terhadap pendapat & terburu-buru.



KEAMANAN YANG LEBIH BESAR?

Semisal kemudian ada point 4 itu, yang mengatakan Ahok dikorbankan untuk hal yang lebih baik (yang sudah disebutkan itu), saya rasa hal itu gak masuk akal juga. Apabila saya adalah orang yang kaya (dengan utang terbanyak) dan punya pengeluaran untuk senjata yang cukup untuk mempersenjatai 100 batalion perang dan pun perangnya tidak pada kampung saya sendiri (tidak ada resiko rusak parah). Maka saya cuma bisa bilang, 'Kamu nurut atau dihukum mati, no other deal!' Kalau saya orangnya tegaan dan tau efek bagus dari 'lynching-effect' ya tetep jalan planningnya. Apalagi bahaya nich... di kampung lain ada Orang Kaya Baru yang beli senjata sebanyak saya, maka kampung yang nakal itu akan saya jadikan alas-kaki juga untuk memperkuat pengaruh.

Untuk percaya pada nomor 4 itu, harus ada jaminannya. Kalau jaminan itu gak bisa diambil sebagai ganti apabila 4 itu gagal berarti ya cuma cek kosong. 


HARUSKAH LEPAS HARAPAN?

Untuk memahami bayangkan begini, misal Anda hakim kemudian ada pisau di leher Anda untuk menangkar Ahok... apakah Anda tidak sayang dengan keluarga Anda? 

Indonesia ini sistemik, mungkin sistem buruk, tapi tidak semua orang di dalamnya itu rusak. Gerakan perlawanan terhadap ketidak-adilan ini ada, rasa solidaritas dengan ahok itu ada, itu sudah cukup menjadi bukti bahwa kita (sebagai yang peduli) tidak sendiri. 

Harapan itu terletak pada tindakan masing-masing diri ini ke depan. 





Tidak ada komentar :

Posting Komentar