Suka {filsafat, ngoprek dan berkomentar}

Meninggalkan Google? Alternatif lain.

1 komentar
Walau saya menulis tulisan ini pada ekosistem google (blogger adalah milik doi), perkenankan saya untuk menegaskan sesuatu.



Saya setuju bahwa Google di satu sisi (sebelum jadi alphabet) adalah anugerah bagi kemanusiaan. Menjadi pemrakarsa teknologi, menjadi konektor dari berbagai informasi dan lebih penting lagi menjadi ladang baru pekerjaan (bagi yang mengerti). 


Namun, di sini saya mendapati bahwa Youtube.com sebagai bagian dari ekosistem google mulai banyak melakukan tindakan yang kurang menyenangkan dan tidak benar. Penilaian seharusnya dilakukan oleh perseorangan (kan youtube sendiri sudah terintegrasi oleh G+), malah menjadi penyokong salah satu golongan dan sensorship dilakukan secara getol oleh Youtube terhadap suara jenis lain.
Youtube mendukung agenda libertarian: LGBT,dll. namun menutup bahkan pendapat kontra yang dilakukan dengan sopan. Selain itu berita-berita yang menunjukkan 'ketidak-adilan' yang fundamental sengaja disensor. Youtube menjadi televisi jenis baru, setidaknya sekarang ini masih 1/2 nya lah yang berubah.
Saya jujur menganut golongan yang diajukan oleh Paus Franciscus, 'Who I'm to judge?' untuk soal tersebut (LGBT). Tapi untuk mensensor suara alternatif hal itu tidak dibenarkan dan tidak etis, karena saya pandang turut 'menghalangi' upaya mencari kebenaran. Toh ketika dipaparkan 2 informasi berbeda, manusia bisa berpikir dari dirinya sendiri.
Ketika berurusan dengan Youtube/ dari sebagian dari Google saja susahnya minta ampun, saya merasa sedikit terancam untuk meletakkan seluruh milik saya dalam satu keranjang (punya Google). Ketergantungan terhadap apalagi sync teknologi ini begitu kuatnya yang oleh karenanya saya menggunakan chrome untuk berbagai aktivitas. Namun kembali lagi akan menakutkan bila aktivitas saya itu kelak menjadi tombak yang menghujam saya. Kenapa meninggalkan Google? Karena ancaman diktator teknokrasi ini mulai menguat dan terlihat. Nah terus bagaimana sih 'ideal'nya teknologi apalagi komputer untuk dipraktekan di dunia? Mari kita simak pendapat Richard Stallman.

Gerakan filosofis dari Free Software Movement ini diajukan oleh Richard Stallman, mohon ditonton dulu sebelum lanjut.




Teknologi sebagai hal yang diharap-harap, dijunjung tinggi dan selalu diintegrasikan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat modern, menyuburkan praktek teknokrasi. Teknokrasi artinya pemerintahan oleh teknologi. Siapa yang menjadi teknokrat? adalah orang yang paham dan dapat mengutilisasi program-program dalam teknologi tersebut dan komputer adalah bagian dari teknologi.
Dalam kasus ini, tidak selalu teknokrat lah yang mengontrol. Melalui teknokrat, kapitalis mengontrol dunia. Control lewat mana? informasi. Apa yang kita ketahui akan menuntun langkah kita, demikian informasi diolah sehingga menghasilkan emosi-emosi yang mengarahkan kita ke arah kebijakan yang mungkin akan merugikan kita.


Saya tau Richard Stallman sejak dulu sih, tapi kemudian karena boom ini akhirnya baca lagi, nonton dokumenternya, dll. Saya akhirnya memutuskan beberapa hal ini:

  1. Full Install Laptop ke Ubuntu-Mate 16.04 dan belajar lagi lewat linux. Walaupun PC masih pakai Windows 7 (saya batasi ke 7 karena juga tidak suka dengan cortananya win 10) & butuh power-house untuk melakukan pekerjaan saya
  2. Kerja menggunakan Libre-Office
  3. Mengganti Chrome dengan Vivaldi
  4. Mengutamakan berkeja dengan flashdisk (menggantikan fitur sync)
  5. Mengganti ccleaner dengan Bleachbit
  6. Kecuali untuk cari SEO, semua browser sekarang menggunakan duckduckgo.com, archive.org atau yang lain (intinya saya menghindari data tersentralisasi). Adanya Project-OWL menegaskan saya lagi untuk kuat dalam keputusan ini.
  7. Untuk browser saya memakai noscript untuk tidak memblock ads, tapi memblock tracking-url.
  8. Untuk PC menggunakan Tinywall dan Curport untuk mengontrol apakah ada koneksi lain di belakang layar.
  9. Menggunakan linux untuk data-data yang krusial.
  10. Membedakan mana browser untuk facebook & google.
Sebenarnya hal itu masih silly jika dibandingkan dengan apa yang dilakukan oleh beliau, no-tv, no-handphone, always-work, dll. Saya mengutamakan untuk mengurangi memberikan foot-print informasi pada korporasi yang tidak saya tahu. 



Untuk monetasi atau cari duit alternatif (lewat kreasi konten), beberapa project mulai berdiri. Saya tidak tahu apakah ini hanyalah sebuah tangan baru dari globalist-elite atau tidak, namun bisa dicoba: 

Seperti biasa untuk ads juga bisa menggunakan selain adsense, misal: taboola atau bisa pakai model donasi lewat patreon. Saya berpikir apa yang dilakukan oleh masyarakat dunia untuk membuat alternatif dari Google ini juga sedikit banyak menggunakan konsep desentralisasi. Memecah-mecah platform yang bisa digunakan oleh globalist untuk menganalisis data kita.

Google jika Anda baca ini ketahuilah bad-side yang akan Anda dapatkan:

  1. Boikot dari konten-kreator seluruh dunia
  2. Pendapatan menurun, karena platform Anda akan tidak disukai
  3. Apa yang lebih buruk dari bisnis lebih daripada distrust?



NB: 
Istilah Globalist yang saya gunakan mengacu pada secret-order yang mengatur dunia ini seenak-perutnya sendiri. Bukan perseorangan, tapi sebuah tim besar. Mereka percaya pada 'frail-nya sebuah demokrasi, dan manusia perlu order untuk kelangsungan kehidupan manusia' sehingga hal ini menjustifikasi mereka untuk jadi 'tuhan' kecil yang bahkan tega untuk mengambil nyawa manusia lain.








1 komentar :

  1. Really very happy to say, your post is very interesting to read. I never stop myself to say something about it. You’re doing a great job. Keep it up
    Roblox Song ID

    BalasHapus