Terompet tahun baru
Menjelang tahun baru banyak sekali tersebar penjual-penjual terompet di pinggir jalan, dan jujur dalam adat di Indonesia saya kurang begitu tahu kapan mulai adanya terompet itu, tetapi dari sisi kesehatan perdagangan terompet juga menimbulkan masalah yang khas. Mengapa?Jadi begini, prosesnya persebaran penyakit pun sederhana,
yaitu bagaimana sih orang-orang memilih terompet yang bagus? ditiup dulu bukan?
bayangkan berapa kali kita meniup terompet pada 1 penjaja untuk menemukan terompet yang pas?
bayangkan bahkan sebelum dijual pun terompet itu akan ditiup dulu oleh pembuat (kadang berkali-kali) dengan logika bahwa penjual akan berusaha membuat suara senyaring mungkin.
bayangkan juga ketika berjualan pun penjual akan meniup terompetnya.
jadi misal, secara matematikanya:
pembuat meniup 5x untuk ngecek nyaringnya.
penjual meniup Xx untuk memanggil pelanggan.
pembeli meniup 1-3x untuk tiap terompet.
-------------------------------------------
kita ada di nomor tiupan ke berapa?
kita ada di nomor orang meniup ke berapa?
yang ditakutkan adalah bagaimana nantinya jika ada diantara peniup ada yang sakit infeksi saluran pernafasan atas, atau penyakit yang kronis (Tuberkulosis) misalnya? Butuh biaya untuk pengobatan yang akan lebih mahal daripada terompet itu sendiri. Seharusnya ada teknologi dimana kesehatan peniup menjadi terjamin.
Tapi mungkin ada beberapa orang yang akan menimbang seperti misal, "nah kalau begitu kasihan yang jualan dong?" - tapi jawaban saya, "lebih kasihan lagi orang yang mungkin tertular penyakit"
Tapi demikianlah manusia selalu berusaha untuk berpikir positif (dengan tidak memikirkan hal-hal buruk di atas), tetapi sebagai calon analis kesehatan perlu sekali berpikiran kritis.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar