Suka {filsafat, ngoprek dan berkomentar}

Passion belajar

Tidak ada komentar
Ibarat Murai Batu yang diam dalam sangkarnya tentunya untuk mengusir kebosanan dia akan berkicau apabila hatinya gembira, demikian saya menulis untuk berkicau. Saya menulis apa yang saya ingin, bagaikan puisi tentunya bait-bait tidak lepas dari judulnya. 

Torrent tidak bisa dipungkiri adalah tempat wisata bagi pembelajar otodidak, bekeliling mencari buku tidaklah pernah memuaskan. Selalu ada yang baru yang menarik untuk dipelajari, sesuatu yang menggugah bahkan lebih daripada nafsu makan / minum sendiri. Di sinilah yang membedakan antara jaman ini dengan jaman penjajahan VOC, monopoli membutuhkan lebih dari sekedar menjadi yang pertama mengetahui, melainkan juga memiliki akses pada pengetahuan itu sendiri. Torrent sebagai titik akses, sebagai tempat komunitas untuk berbagi pengetahuan dengan kesadaran akan kebebasan berilmu atau ilmu yang tidak bisa diklaim memiliki majikan siapapun itu. 


Pernah terpana ketika saat itu di ekstension course pendidikan, tentang hakikat ilmu. Ada suatu penawaran dari pembicara bahwa apa yang kita namakan sebagai ilmu, semisal psikologi, sebenarnya pada awal1 zaman sudah ada dan memiliki jiwanya sendiri. Kemudian ilmu ini diidentifikasi manusia, dikotakkan dan diberi nama untuk mempermudah pembelajaran dan pendalamannya (dekonstruktivisme). Jadi pada dasarnya pengetahuan akan psikologi ini ada, hanya tidak bernama. Ketika saya bicara sebuah jiwa di sini saya merujuk pada senyawa yaitu sesuatu yang kita ketahui tak bernama tapi memiliki sifatnya. 

Realitas dari kata lebih besar daripada kata itu sendiri, dalam hal psikologi misalnya, jelas realitas psikologi selalu akan lebih besar daripada psikologi itu sendiri. Ada banyak hal yang masih harus dicari lebih daripada epistemi psikologi (sebagai kata) di dalam pikiran kita. Banyak fakta yang tidak kita ketahui dan menjadi misteri, yang menjadi pembenaran jika nantinya ilmu-ilmu itu harus selalu diperbaharui. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya sekarang ini penelitian-penelitian yang dilakukan untuk mendalami keilmuan psikologi, penelitian ini untuk membuka peta pada daerah-daerah yang masih hitam. Konsekuensi logisnya dari paragraf di atas berarti memang tidak bisa dipungkiri sikap kritis harus kita dirikan dengan baik, 

Saya sebenernya sudah memikirkan soal ini sejak lama tapi dalam hal ini, menurut saya, kritis dan skeptis kurang bisa saya bedakan, tapi saya bedakan antara kritis dan skeptis ekstrim. Kritis/skeptis simpelnya adalah sikap untuk tidak memegang apa yang kita temukan, sebagai kebenaran yang kepastiannya absolut, oleh karenanya harus dipertanyakan lagi (secara berulang). Hal ini dikarenakan ada kesadaran: saya belum tahu keseluruhannya. Contoh: detektif dalam menemukan penjahat harus membuktikan kebenarannya walau itu melalui uji terus menerus yang sangat lama. Sehingga kebenaran suatu fakta dihitung sebagai presentase dari probabilitas: misal saya yakin 15% bahwa dia yang membunuh. Sedangkan skeptis ekstrim adalah sikap yang tidak mempercayai bahwa kita tidak akan mendapatkan kebenaran pasti (absolut komprehensif) selama apapun kita mencoba, selalu ada probabilitas walaupun kecil untuk tidak benar, karena ada kesadaran bahwa saya tidak bisa tahu semua hal seumur hidup saya.

Passion belajar dan sikap kritis kemudian saya anggap kongruen, karena skeptis ekstrim menurut saya merupakan bentuk inferior (pesimis) untuk dapat dianggap sebagai sebuah passion. Akan sangat kontradiktif apabila kita passionate akan suatu hal tetapi skeptis ekstrim juga dalam hal tsb kan? (bukankah tidak ada yang mengabdi pada 2 tuan sekaligus?)

Memang dalam contoh akan sangat membingungkan jika kita mengkuantifisir suatu hal dalam ukuran yang subjektif, tapi memang hal ini memang selalu kita lakukan tiap waktu bukan? Semisal sewaktu kita makan dan minum di warung makan, pertanyaan seperti: seberapa kita yakin sih bahwa di sana mesti jual makanan yang bersih dan halal? akan selalu sulit kita jawab dengan pasti: 'lihat ada tidak kotoran pada sendoknya? tampak bersih berarti bersih kan?',toh apabila alasannya tampak kebersihan, maka bisa ditanya: misal dengan tampak yang sama mau ndak kamu makan dengan sendok yang sudah aku buat makan tanpa dicuci?

Ketika berkeliling di torrent, download dan membaca bukunya memang akan selalu ditemui definisi dan kesimpulan ataupun metode berbeda dalam melakukan sesuatu. Tapi hal itu tidak menghentikan kita untuk belajar, toh kalau bertemu buku yang berbeda metode kemudian bisa ditanyakan: seyakin apa kita dengan metode yang sudah kita pegang dan pelajari? Kebenaran sebagai suatu senyawa dapat kita dapatkan baik secara analitik maupun empiris. Namun lebih jauh dari itu saya yakin ada suatu sifat-sifat yang mirip yang dimiliki sesuatu untuk disebut sebagai kebenaran, Ibarat keilmuan matematika yang bisa membuktikan kuadrat dengan pertambahan, demikian sesuatu yang benar akan dapat ditemukan bila kita bisa menemukan sinkronitas dengan hal-hal yang sebelumnya bukan?

Pertanyaan utama pembelajar adalah begini: anda setia dengan epistemi atau dengan pencaharian kebenaran? Ketika Anda setia dengan epistemi yang Anda miliki sekarang (ilmu yang sudah Anda pegang) bukankah kemudian kebenaran bukan menjadi misteri lagi? Tetapi kalau Anda mencari kebenaran, bagaimana jika epistemi yang Anda pegang adalah kebenarannya? Mungkin penawarannya adalah kita harus menyimpan segala hal dan pertimbangan dalam otak kita, otak kita mampu kok!
*Saya berpikir lagi, mungkin pernyataan di atas tidak berlaku untuk komputer ya? Masak kita mempertanyakan syntax ini benar / tidak hehehe? Bukankah itu sudah dideklarasikan sebelumnya? Jadi kebenaran yang saya maksud ini bukan benar/salah menurut peraturan yang sudah dibuat manusia mengenai benar/salah suatu ilmu, namun kebenaran dari pengetahuan yang belum ada peraturannya.
Passion belajar itu sulit, untuk duduk, diam dan mendengarkan butuh jiwa dan telinga seorang murid. Di jaman yang serba cepat ini semua ingin menjadi guru. Menjadi superior dan secepat mungkin! ini mungkin tidak lepas dari pengaruh sex (Laki-laki ingin menjadi teratas di antaranya dan disukai oleh para wanita). Tetapi bukankah siapa yang bisa menundukkan dirinya sendiri bisa menundukkan orang lain (dengan ilmu tentunya)? hehehe



Tidak ada komentar :

Posting Komentar