Suka {filsafat, ngoprek dan berkomentar}

Tidak semuanya bisa diselamatkan

Tidak ada komentar
Prinsip saya dalam berkendara adalah: biar yang depan urus depan, yang belakang biar urusan orangnya (yang belakang juga urus depannya). Konsekuensi logis dari hal ini memang akan selalu ada sedikit unsur 'pemaksaan prinsip' pada saat berkendara, tetapi apa salahnya jika tidak ada ketentuan bersama selain menuruti rambu-rambu? Toh saya juga menuruti rambu kan? Menurut saya manusia harus punya prinsip melengkapi adanya perundang-undangan.

Di lain konteks, prinsip ini juga berlaku kepada saya sebagai individu warga negara dengan kebijakan UUMD3 yang tidak pro-rakyat itu. Walau saya tahu bahwa ini banyak flaw-nya dan kadang menjadi pergumulan hati "ingin selalu update opini soal ini", Tapi apa daya? Membayangkan saya domba dan jika mayoritas domba memiliki sentimen benar terhadap kebijakan koalisi berselubung agama ini dan mengarahkan dirinya ke jurang, apa daya? Kecuali kita domba super dengan jaring yang bisa mengarahkan ya lain cerita. Bangsa Yunani kuno dulu mendefinisikan apa yang baik adalah yang berguna bagi dirinya, begitu kemudian saya mengantisipasi "yah sudahlah... hal ini tidak berguna untuk saya", saya ndongkol tapi tidak ada kuasa jadinya seperti monyet merindukan bulan hehehe.

Akhirnya cukup lihat apa yang di depan saya saja, apa yang bisa dilakukan bagi diri sendiri beserta lingkaran dalam saya dan negara sebaik-baiknya saja.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar