Cerita Tambal ban Tambak Wedi
Dalam kehidupan ini kadang banyak orang yang membingungkan kehidupannya. Tetapi demikian ada pepatah orang sukses adalah orang yang menyukseskan orang lain, kalau gitu kita suksesnya kapan dan di mana? Hari ini Puji Tuhan saya berkontemplasi dan menyimpulkan (dari sudut pandang sempit saya) bahwa ketika kita berpikir menyukseskan orang lain, kita juga akan berpikir 2 kali (satunya untuk menyukseskan diri sendiri), dan itu menjadikan kita lebih pintar.
Saya melampirkan foto-foto (yang saya foto secara diam-diam) yang mungkin bisa menjadi ukuran kesuksesan kita, untuk menjawab pertanyaan yang utamanya bagi saya sendiri yaitu: untuk siapakah hidup kita? untuk siapa kita bekerja? apakah hidup membahagiakan orang lain dapat membuat kita bahagia (quote Bapak Mario Teguh)? Ataupun pertanyaan lain yang menjadi pengikat kita dalam suatu kemalasan.
Sempat terpikir waktu mendapat email dari Kakak Pendamping saya yang sekarang beliau berada di Jepang, beliau menceritakan bagaimana orang jepang yang selalu "kompak" dalam sikap, sifat, dan disiplin dalam bekerja keras, untuk saling menjaga kesatuan, sumber daya alam dan kesejahteraan warga negaranya. Yuk kita berusaha mengembangkan apa yang bisa, supaya masa depan bangsa kita dan Mbah" yang lain agar lebih baik. Berkembang sesuai keahlian kita masing-masing, dan tidak pelit dalam bertukar ilmu tentunya.
Tetap semangat!
Saya melampirkan foto-foto (yang saya foto secara diam-diam) yang mungkin bisa menjadi ukuran kesuksesan kita, untuk menjawab pertanyaan yang utamanya bagi saya sendiri yaitu: untuk siapakah hidup kita? untuk siapa kita bekerja? apakah hidup membahagiakan orang lain dapat membuat kita bahagia (quote Bapak Mario Teguh)? Ataupun pertanyaan lain yang menjadi pengikat kita dalam suatu kemalasan.
![]() |
Mbah Putri yang sudah sepuh masih membantu Mbah Kung memperbaiki motor |
![]() |
Mbah Kung umurnya sudah 70an tahun masih bekerja 'anak-anak'nya yang belum mandiri? |
![]() |
Rumah yang minim: Ruang kerja, ruang tidur, lemari, tempat makan, tanpa WC dan kamar mandi. Anak itu adalah cucu Mbah, tapi rumahnya untuk sepasang Kakek dan Nenek itu saja. |
Maaf untuk foto yang berwajah jelas tidak bisa saya tampilkan. Menjaga nama baik Si Mbah.
Sempat terpikir waktu mendapat email dari Kakak Pendamping saya yang sekarang beliau berada di Jepang, beliau menceritakan bagaimana orang jepang yang selalu "kompak" dalam sikap, sifat, dan disiplin dalam bekerja keras, untuk saling menjaga kesatuan, sumber daya alam dan kesejahteraan warga negaranya. Yuk kita berusaha mengembangkan apa yang bisa, supaya masa depan bangsa kita dan Mbah" yang lain agar lebih baik. Berkembang sesuai keahlian kita masing-masing, dan tidak pelit dalam bertukar ilmu tentunya.
Tetap semangat!
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar