Suka {filsafat, ngoprek dan berkomentar}

Asal-asalan berpikir

Tidak ada komentar
Pertama kali hukum itu belum ada, melihat kenyataan ini -bahwa dunia belum teratur dan orang-orangnya seenaknya sendiri- dari beberapa orang yang sadar dan diberi karunia itulah hukum dibuat. Karunia itu bersifat suci dan kudus dan diberikan oleh Allah sendiri / Supreme Power / apapun itu nama-Nya, yang tidak kepada sembarang orang yang diberikan. Bukan orang yang kaya yang diberi, bukan pulalah orang miskin. Bukan ahli kitab ataupun ahli nujum ataupun siapapun itu. Yang diketahui jelas adalah bahwa orang tersebut   adalah pilihan Allah masih misteri jelas apa kuantitas dan kualitasnya. Orang ini disebut oleh para manusia sebagai para Nabi / Rabi / Rasul / Guru dan apapun sebutannya. 


Orang ini selalu serampangan asalnya (diambil secara random), kadang pula bukan siapa-siapa. Nabi sebenarnya hanya seonggok daging bukanlah siapa-siapa, sama seperti kita manusia biasa, namun menjadi amat sangat khusus dan penting, karena Allah sendiri yang memilih dan menjadi Perisai dan Benteng bagi dirinya. Harusnya orang bernalar melihat Allah bukan manusia ini. Mengapa? Mengapa harus tanya mengapa? Bukankah sudah jelas kalau Allah hanya menggunakan manusia ini untuk menggambarkan apa yang disebut Kebenaran dan Kebaikan dari Diri-Nya sendiri?
"Apa yang tertulis di dunia, di kitab suci ke semuanya menggambarkan Kisah Allah di dunia dan bukan semata-mata manusianya saja"
Apa yang tertulis tidak bisa mencakup keseluruhan dunia. Pengertian, akal budi dan kebijaksanaan diberikan kepada manusia sebagai karunia untuk memperjelas hal itu. Namun sayangnya setelah makan buah pengertian manusia jatuh ke dalam perkara di mana mereka mendapatkan pengetahuan tapi sekaligus dosa, nafsu. Manusia kadang menjadi terlalu subjektif karena memegang nafsu dalam mendefinisikan kebenaran, padahal dalam kebenaran tidak ada nafsu, dalam kebenaran tidak ada dosa, kebenaran ini diterima oleh semua orang tanpa batas karena kesatuannya dengan Ilahi. Bukankah juga manusia terbuat dari Roh Allah sendiri?
"Allah lebih besar daripada tulisan hukum, Allah sangat sulit dimengerti dibandingkan membaca keseluruhan alkitab. Allah itu ajaib dan Maha Pengkehendak"
Namun yang terjadi acapkali manusia melangkahi Dia dan menjadi Pribadi Allah yang menghakimi sesama atas klaim tertentu. Hal itu tidak dibenarkan, pernahkah Allah mengatakan secara langsung kepada kita akan 'persetujuan-Nya'? Nah daripada di Penghakiman Terakhir kita tidak bisa berkelit (Siapa juga yang bisa berkelit daripada Allah?), lebih baik kita menghamba dan mengintervensi bukan dengan cara menghakimi tapi menjadi satu dalam kedamaian.  

Tetapi juga concern yang ingin digali dari post ini adalah bahwa penulis mendefinisikan Allah sebagai benar, Kebenaran hanya milik Allah sendiri / Kebenaran itulah manifestasi sifat Allah. Hal dan perbuatan yang baik berasal hanya berasal dari Allah, demikian juga kebaikan (goodness) dan keindahan (the most beautifulnes). Allah yang Maha Esa menguasai kesemua hal ini: Kesatuan (absolusitas / tidak terbagi) dari Kebenaran, Kebaikan dan Keindahan. 


Atheisme tidak akan memahami ini,  bahwa Alam yang diciptakan oleh Allah meninggalkan jejak-Nya yaitu Kebaikan dan Keindahan. Mana ada ciptaan yang tidak indah? Baik secara morfologi ataupun fungsinya? Dalam pendalaman Filsafat, Alam memberikan warna dan keajaiban yang teratur dan terstruktur dari ukuran sel hingga organisme dalam ekologi. Ada keteraturan yang mengagumkan dan hanya Keindahan / Indahlah yang bisa menggambarkan kesemuanya itu. Itu secara fisik belum abstraksi keilmuan, banyak sekali keilmuan yang menunjukkan bahwa semua realitas ini bersatu membentuk kesatuan, sekalipun teori itu berasal dari Charles Darwin.

Namun penalaran ini, kemengertian penafsiran dunia seakan telah hilang digantikan oleh sesuatu yang lebih sempit yaitu pembuktian-pembuktian / klaim-klaim siapa yang benar, dll. Yang penulis tahu adalah bahwa ketika kesemuanya benar-benar mencari kebenaran pasti orang-orang tersebut akan menuju ke satu titik dan sejajar jalannya. Kecuali jika mencari yang namanya pembenaran. Seperti Atheisme yang menyangkal kebenaran Allah, karena Sains tidak bisa menjelaskan sesuai dengan isi alkitab sifat yang sangat disayangkan sekali, ataupun paham-paham lain di luar sana. 

Tidak ada komentar :

Posting Komentar