Suka {filsafat, ngoprek dan berkomentar}

Belajar karena membutuhkan

Tidak ada komentar

Pernahkah kawan-kawan merasakan kesulitan dalam belajar? Banyak sekali alasan kita untuk menjadi proscrastinator (penunda pekerjaan)? Maksud saya banyak sekali yang kemudian mengatakan: “oh nanti saja kerjanya, sekarang lagi males lebih tertarik pada x, 1 jam lagi, (setelah 1 jam habis), 1 setengah jam lagi mungkin cukup... dst”
Hal itupun sering terjadi pada saya. Pada awalnya saya lagi getolnya belajar video settings (ini tahap yang positif): hal seperti konsep monitor CRT vs LCD, filtering, aliasing, vsync, ambient occlusion, dll. Saya rasa hal ini perlu dan akan digunakan pada waktu menggunakan aplikasi seperti photoshop / corel draw, tapi sesungguhnya pada saat itu hal itu saya butuhkan untuk mengoptimalisasi game saya yang suka nge-lag (nyandhet2 gambarnya) yang bisa diatur di setting VGAnya. Sisi positifnya memang pada akhirnya saya bisa mengoptimalisasi game saya sehingga lebih baik daripada sebelumnya. Namun pada akhirnya saya kembali lagi ke kecanduan game lagi.

Sedikit informasi game yang saya mainkan adalah prototype2, dimana berupa OPS (One Person Shooter), macem GTA yang bisa dimainkan keliling-keliling kota. Ada kawan saya yang mengatakan melawan tweet saya tentang bagaimana menghentikan kecanduan game, dia mengatakan “ya bagaimanapun awalnya dari keinginan dulu”. Saya diam membaca tweet itu, tidak ada salahnya. Namun iman tanpa perbuatan adalah mati (niat tanpa dilakoni secara nyata itu juga sia-sia). Jadi mungkin alih-alih menjadi subtitusi, saya menganggap itu sebagai suplementer dari tweet saya sebelumnya yang mengatakan “Cara untuk tidak kecanduan game: 1 menamatkannya, 2 menghapusnya :D” ah sekedar curhat... kembali ke topik awal

Nah ada beberapa hal yang perlu dikontemplasikan, saya pernah membuat pernyataan sebelumnya (dengan tanpa membaca informasi-informasi lain) bahwa kita belajar ketika kita membutuhkan hal tersebut. Hal tersebut dapat disinonimkan dengan kita akan belajar kalau kita memiliki tuntutan akan hal tersebut. Hal itu adalah pasti (saya pernah membuktikan beberapa kali). Semisal: Saya dulu tidak pernah memiliki pengalaman sebagai Sekretaris Jendral di KMK Santo Algonz tetapi dalam perjalanan ternyata saya bisa mengorganisir data sekian banyaknya, ataupun saya bersepeda motor dan bisa karena memang jarak SMA yang begitu jauh. Kemudian yang baru lagi ini saya membuat beberapa pembaharuan akan teori itu, ketika belajar adalah waktu kita membutuhkan / perceived as we need it (Saya tidak bisa mendefinisikan kalimat kedua dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar, karena beda arti antara dirasakan dan perceived).
Dalam kata perceived kita akan berusaha menghack / memanipulasi pikiran kita. Hal ini sulit dan kadang tidak bisa dipaksa untuk terjadi. Namun to become a real needs, sometimes we need to perceived it first. Kita harus mendefinisikan keuntungan-keuntungan apa yang bisa dicapai dengan belajar hal ini – di masa mendatang, dengan itu kita akan belajar dengan lebih mudah.

Selain itu perceive bisa dibawa dengan menimbulkan aspek curiousity (rasa ingin tahu) dalam diri kita. Dengan rasa ingin tahu banyak hal yang kita lakukan, Rasa ingin tahu adalah modal yang amat tinggi dalam hubungannya dengan spiritualitas sebagai seorang murid. Rasa ini akan membawa kita mengeksplorasi segala sesuatu dengan baik dan tanpa batas.

Namun ketika dibreakdown banyak hal yang menghalangi kita untuk belajar (baik langsung /pun tidak langsung). Rasa itu adalah seperti kekhawatiran akan masa depan, adanya hiburan lain (utamanya game/ sosial networking), himpitan ekonomi, kegelisahan akan diri, ada pekerjaan lain yang harus segera dikerjakan, ada rasa di mana belajar itu sesungguhnya hanya akan menjadi percuma, dll. Saya mengatakan itu karena saya mengalaminya sendiri.

Saya belajar komputer di mana saya sesungguhnya adalah mahasiswa yang tidak berada pada jurusan itu, namun ketertarikan / curiousity saya berada pada hal itu (khawatir dalam relevansi pekerjaan di masa mendatang). Tapi kita harus yakin bahwa waktu yang terbuang untuk ilmu/ belajar tidak sia-sia terbuang dan pastikan bahwa kita mendapatkan sesuatu dalam belajar. Waktu itu menggumpal menjadi kumpulan saraf-saraf di kepala kita yang akan selalu diingat sampai masa tua kita. Jangan terlalu banyak istirahat / tidur siang karena itu percuma dan sia-sia, belajar sebanyak mungkin dan kenalilah dunia. Namun untuk mahasiswa akhir seperti saya juga harus memperceive diri saya untuk bisa menemukan curiousity dalam bidang saya sendiri dan menggabungkannya dengan hal-hal lain, itulah yang membuat diri ini lebih bernilai.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar