Generalisir harus hati-hati
Ibuku bercerita bahwa ada suster yg tidak mengerti bahwa dirinya
kristen (ibuku) curhat dengan kawan di depannya di suatu meja makan di kantin
di Rumah Sakit. Suster itu mengatakan bahwa kebanyakan orang kristen itu
kemproh (tidak bersihan) dan menyarankan kawannya, kita panggil saja si A utk menjauhi orang yang dimaksud. Tapi Si A tau kalau ibuku kristen dan sedang makan di sampingnya terus membela, bahwa tidak semua orang demikian. Mendengar itu buku tenang-tenang
saja dan mengingat tentang ayat dimana sejak jaman Yesus pun, orang-orangnya juga diolok-olok dengan cara yang sama. Sama halnya dengan di luar negeri, banyak orang barat menganggap bahwa penduduk di timur tengah semuanya adalah orang yang suka kekerasan, sehingga membawa suatu penggeneralisiran (penafsiran secara apriori untuk semua) bahwa semua orang jahat, dan tidak pantas untuk diperlakukan baik. Padahal tidak begitu, masih ada orang yang tidak suka kekerasan di luar sana.
Kawan-kawanku yang terkasih, kebanyakan kita hidup di dalam ekspektasi dan bukan pengharapan, kita terkungkung dalam sebuah tuntutan daripada sebuah keinginan bebas untuk membuat orang-orang menjadi lebih baik dalam bersikap tanpa acuan diri kita sendiri. Sadar / tidak, agama itu hanyalah benda mati yang tidak akan menjadi seseorang itu baik dan mulia kalau tidak diamalkan sedemikian rupa. Semua ajaran itu baik, hanya pemahaman dan praktek manusianya yang tidak pernah sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Kita harus menjadi bijak dalam menerima orang-orang di sekitar kita dengan baik, jangan menuduh sembarang orang-orang sebelum mengenalnya luar dan dalam lebih dahulu. Kemampuan seperti ini hanya dimiliki oleh orang-orang yang bijak dan mau belajar.
Daripada membenci, belajarlah mencintai. Karena tidak ada berkah yang tumbuh dari kebencian kepada sesama, yang ada hanyalah celaka. Duc in altum.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar