Suka {filsafat, ngoprek dan berkomentar}

Perkawinan saru, kimat sudah dekat?

Tidak ada komentar


Kiamat sudah dekat? Banyak orang yang mengkaitkan kiamat dengan kejadian alam yang menghancurkan bumi. Memang secara harafiah arti kiamat berarti 'hari akhir zaman (dunia seisinya rusak binasa dan lenyap)', tetapi jauh dari itu menurut ajaran Katolik: St. Yohanes Pembaptis pada suatu jaman mengatakan 'berilah dirimu dibaptis, kiamat sudah dekat'. Bukan merujuk pada satu pandangan saja, tetapi pada 2000 tahun yang lalu, istilah 'kiamat' sudah diperdengungkan. Apakah orang-orang tersebut bodoh? Tentu saja tidak.


Kiamat itu bisa terjadi kapan saja, ingat ada duailtas: implisit dan eksplisit, roh dan ragawi. 


  • Kiamat itu bisa terjadi kapan saja baik eksplisit maupun implisit, baik secara langsung 'dunia seisinya rusak binasa dan lenyap' ataupun implisit, tidak terlihat secara langsung namun pasti
  • Kiamat itu bisa terjadi secara rohani (individu), di mana kita tidak merefleksikan hati kita akan perbuatan yang telah kita lakukan dan ataupun secara langsung seperti arti kata kiamat itu sendiri.

Indonesia?

Indonesia adalah negara religious tapi di satu sisi menjunjung tinggi keberagaman agama dan budaya karena banyak sekali etnis yang tersebar di pulau-pulau maritim di negara ini hal ini teramanatkan dalam pancasila. Pancasila secara historis dibuat untuk menyatukan segala aspek kebudayaan dalam kenegaraan. Hubungannya dengan kiamat? 

Nah sekedar berkomentar (hak berbicara), bahwa sebenarnya religiusitas di Indonesia sangat bagus. Banyak sekali tempat ibadah dibangun, banyak sekali diskusi keagamaan dilakukan di mana-mana. Tetapi menurut penulis jarang sekali orang-orang merefleksikan perbuatannya
Plato (filsuf Yunani kuno), mengatakan "An unexamined life is not worth living" atau diindonesiakan "Hidup yang tidak direfleksikan tidak layak untuk dihidupi. 
Hal ini tercermin dari banyak sekali perilaku buruk yang terekspos ke publik oleh banyak sekali petinggi-petinggi di negara ini.
Saya juga berpikir tentang fenomena gunung es, kalau yang terekspos sebanyak itu, bisa jadi yang tidak terekspos lebih banyak lagi. 
Perilaku seperti kawin yang kemudian beberapa hari kemudian cerai, via sms pula. Hal ini perlu ditanggapi dengan serius, karena kalau tidak ke depannya akan terjadi, toleransi terhadap perilaku yang salah. Nilai-nilai kesucian dan cinta pada pernikahan rasanya perlu digali lagi untuk generasi yang ke depan (sebagai solusi).

Coba kita bayangkan kehidupan keluarga yang sangat menyayangi satu sama lain hingga kematian tiba menjemput pada usia kakek dan nenek (penulis pribadi membayangkan film cinderella man). Hal ini sangat indah bukan? Anak-anak yang jiwanya halus itu melihat contoh kasih sayang yang baik dari orang tuanya dan menjadikannya teladan bagi masa mendatang.

Ada pepatah lama mengatakan, bahwa di dunia ini hanya ada 2 jenis manusia: manusia baik dan manusia jahat. Apapun agamanya, apapun ras /pun golongannya, hati manusia tidak akan jauh-jauh untuk mengklasifikasikan manusia ke dalam dua hal tersebut. Dan kita tidak akan pernah bisa berbohong dari hati kita sendiri.

Penulis tidak sentimen kepada orang-orang yang berbeda pandangan ataupun agama, asalkan orang tersebut benar-benar berpihak pada yang namanya kehidupan.


Tidak ada komentar :

Posting Komentar