Suka {filsafat, ngoprek dan berkomentar}

Untuk like dan retweet

Tidak ada komentar
Beberapa waktu lalu saya menginstall addons dari firefox yang bernama mind the time (dengan artian kalau tidak salah "Pikirkan Sang Waktu"), addons ini berfungsi untuk menilai dan mencatat ke mana saja dan berapa persen kadar user atau saya sendiri dalam menghabiskan waktu browsing. Sudah dua hari dan saya melihat bahwa hampir 71% waktu saya habiskan untuk di facebook. Berbeda untuk situs kedua saya (twitter), saya menggunakan addons echofon sehingga tidak tercatat (karena sistimnya mencatat berdasarkan tab yang sedang aktif). 




Sebenarnya tidak salah apabila kita menggunakan social media dengan baik seperlunya, namun pada saat saya mengetik ini saya kemudian tersadarkan bahwa hampir dalam waktu setengah jam saya memandangi news feed facebook tanpa melakukan apapun. Saya terdiam dan berpikir, saya menilik diri saya dan menanyai keinginan saya. Saya ingin update status tapi tidak mengerti apa yang seharusnya diupdatekan. Suatu masalah menurut saya apabila keinginan lebih kuat dari kebutuhan. Sebenarnya saya menggunakan facebook untuk sharing tentang apa yang sepatutnya benar yang bisa dibaca oleh teman-teman dan sebagai referensi untuk menjadi seorang Indonesia yang baik (mungkin dalam beberapa hal saya adalah orang yang cukup muak melihat buruknya kualitas dan mentalitas pejabat pemerintah yang diberitakan oleh media sejauh ini).

Namun saya menilik lagi, apakah itu masih murni? ketika terpikir keinginan itu berubah menjadi sebuah nafsu untuk sebuah eksistensi diri untuk mendapatkan diri ini dibaca oleh kawan-kawan, maupun mendapatkan persetujuan (like dan retweet) yang memupuk rasa kesombongan diri? Saya rasa mungkin bukan saya saja yang terjebak di sini. Dan saya menulis ini untuk pengingat bagi diri saya sendiri dan kawan-kawan sesama blogger untuk berhati-hati. Ketika teknologi sudah merasuki kita dan membuat lupa akan esensi yang ada, kita bisa-bisa menuju sebuah tebing yang curam. 

Hal ini seperti melihat kawan-kawan yang menghabiskan waktunya mengsharekan sesuatu tentang dirinya (dari makanan hingga mau nangislah atau apalah...) dan menganggap itu baik dan melupakan pembelajaran (baca buku) : kita menjadi kosong seperti tong, dan lama-lama kelak bangsa ini menjadi budak jaman baru oleh karena minimnya waktu belajar dan baca buku.



Menulis seperti ini bukanlah eksistensi kosong, melainkan brain mapping. Menulis membantu kita untuk mengkonsepkan pikiran dengan lebih rinci, terarah dan jelas. Bukan 420 karakter facebook / 140 karakter twitter, tetapi secarik kertas yang berisi tulisan penuh.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar