Suka {filsafat, ngoprek dan berkomentar}

Penjelasan Masalah Monetasi Youtube (Bomb-Censorship)

Tidak ada komentar
Hai, terimakasih sudah selalu berkunjung pada weblog saya, di sini saya akan sedikit panjang dalam menjelaskan permasalahan monetasi youtube.

Ilustrasi Politik, Lukisan Picasso



Oke, pada awal saya berani bilang pada kawan-kawan untuk jangan jadi keras kepala – untuk benci pada politik, karena secara sadar atau tidak kita ini berdiam-pun adalah punya konsekuensi politik. Definisi yang akan saya tulis adalah cara termudah untuk tau tentang politik. Definisi operasionalnya adalah begini:
Siapa dapat apa, kapan, di mana dan bagaimana? Pertanyaan harus dijawab dengan urut, itulah politik.

Beberapa akan saya jabarkan dengan point-point saja, teman-teman cari sendiri dulu untuk hal berikut:

  1. Bagi para Politikus-Tinggi, idenya begini mereka sadar bahwa tanpa ada absolut kontrol selalu ada faktor bahaya. Youtube, sebagai jenis media-informasi yg lain, lepas dari redaksi terpusat yang mereka inginkan (maka Anda lihat berbagai jenis sensor sekarang yang ada)
  2. Peristiwa Arab Spring, sebagai hal awali yang membuktikan pengaruh besar sosial-network dalam revolusi dunia nyata. Youtube 1/2nya juga merupakan social network.
  3. Fenomena Bomb Censorship Dimulai dan diinisiasi dari kekalahan pilpres Hillary pada November 2017. Kenapa kok gak terjadi di era Obama walau Youtube start 2005, kita cek lagi tanggal: Android baru hot kapan, kapan apps youtube ada, kapan internet cepat dan relatif murah muncul? Via: google trend. Di situ baru kita tahu bahwa akhir-akhir ini, kepercayaan pada MSM sudah turun dan masyarakat kebanyakan sudah melihat ke Youtube untuk mendapatkan informasi.
  4. Sejarah yang tidak terbantahkan tentang para konglomerat yang membeli semua mass-media yang ada di Eropa. Walau ada banyak angka mass-media itu tapi efek bandwagoning-nya palsu, mereka banyak tapi sebenernya satu. Bukan banyak sudut-pandang, tapi satu sudut-pandang saja. Bayangkan hal ini VERSUS banyak pemberitaan independen dan self-publishing dari Youtube.
  5. Dimulai dengan postingan Damned WSJ (Wall Street Jurnal) terhadap Pewdipie, singkat cerita jadi WSJ ini browsing semua kontent lama Pdp untuk mencari-cari kesalahan, yaitu sesuatu berbau Nazi dan memposting dengan title yang begini ‘Pewdipie memposting hal berbau Nazi’. Yes you guess it, tailor the old known-story as new! Efeknya? Babak belur finansial. Pdp hanya sebagai preteks awal saja, next yang agak joss WSJ bahas tentang iklan coca-cola yang muncul pada konten rasis. Ini yang jadi awal ‘DOOM’ bagi semua pemain Youtube. (Mungkin ada tawaran bagi PDP untuk bekerja sama dengan Globalist, tapi PDP tidak mau)
  6. Karena Youtube sebagai media tidak ingin menciptakan saingan baru, maka tidak boleh pukul keras-keras. Itu kenapa kok pakai alasan marketing-agency menarik iklan dari youtube sebesar 750 juta dollar. Potong sumber ransomnya dan pemberitaan berhenti? Mungkin iya, tapi kesadaran yang terbentuk akibat ini sangat keras-kuatnya.
  7. Seperti biasa dalam hal komputasi, scaling menjadi hal yang wajib. Penggunaan algoritma pun tidak bisa ngawur. Algoritma atau yang biasa dilihat sebagai bot, penting untuk digunakan karena since banyak ‘cracker’ diluar sana yang juga menggunakan bug untuk mendapatkan keuntungan dari youtube. Dan juga, SDM mereka terbatas. Advertiser related content juga sedikit banyak menggunakan bot. Jadi seni dalam memberi nama, budaya satire juga menjadi terbatas dalam Youtube 2.0 ini. Jelasnya gini, keyword seperti: pisau, perkosaan, porn, hillary, lgbt tidak bisa masuk atau langsung suspend.
  8. Next dikasih 10.000 batas view, kalau ini fungsinya untuk filter youtube sendiri. Mencegah bocor pendanaan. Sekaligus membatasi pergerakan channel yang dianggap bakal menjadi suara independen ke depan
  9. Dan tunggu lagi ke depan apa lagi yang akan dilakukan oleh YT? Yang jelas pendapatan iklan sekarang ini seret banget. 
Saingan besar Youtube yang dipegang oleh faksi konservatif saat adalah minds.com, hampir sama dan bisa dimonetasi. 

Hubungan dengan politik Amerika?

Gambar terkenal, recruit untuk PD I
Politik Amerika itu untung-ruginya lebih besar berkali-kali lipat daripada dana iklan di Youtube, karena Amerika dikenal sebagai centheng dari globalist. Merchenary yang akan melakukan aktivitas War dimanapun dan kapanpun mereka suka atas perintah dari pemilik modalMerchenary ini asalnya dari mana? ya dari rakyat, agar rakyat mau perang 'pikiran'nya harus diarahkan. Dengan apa? ya dengan mass-media. Rakyat siapa? Amerika khususnya!

Infowars, ujung tombaknya media konservatif.
Berbeda dengan channel lain, infowars juga berupa e-commerce sehingga tidak begitu banyak terpengaruh oleh pembungkaman-lewat-monetasi ini. 
Yak kemudian kapan 'blokade-iklan' ini akan selesai? Tidak tahu. Glimpsenya gini, Trump sebagai presiden yang digadang-gadang sebagai faksi yang berlawanan dengan faksi hillary (punya jalan sendiri, mudahnya: faksi minoritas tapi menang pilpres). Melalui MSM doi dihancurkan habis-habisan dan tidak dimaafkan sama sekali. Trump butuh corong sendiri supaya tidak hancur lebur lewat dunia-pertelevisian yaitu twitter, yang akhirnya karena cause dari pemerintahannya adalah nasionalis, oleh media independen doi dibantu (lewat youtube, dll). Masyarakat US lebih suka lihat youtube/facebook, karena seperti yang saya sebut di atas tentang kepastian sifat buruk MSM, untuk melihat suara kontras (prinsipnya: dengan adanya kontras, kita tau mana yang salah dan yang benar). Di titik ini youtubers akhirnya kena spot-light.
Mungkin akan dibuka kembali kalau ada yang berani, 'nendang' pemikiran marketing-agency itu dengan: 'Pembungkaman lewat penutupan monetasi'. Tapi hal ini sulit, mengingat betapa berkuasanya dan krusialnya kondisi geopolitik US saat ini. 
Ilustrasi Petro-Dollar
Perang terhadap pendukung Trump (baca: media konservatif), masih akan berlanjut bahkan mungkin sampai akhir PD III (kalau terjadi). Sebagai background: media konservatif ini kebanyakan bersifat patriot kepada Amerika, ingin membuat Amerika besar lagi. Karena selama ini dianggap bahwa Amerika terlibat perang yang bahkan tidak menguntungkan bagi negaranya. Sistem fiat di Amerika dibiayai oleh pajak yang artinya bahwa tindakan perang di luar negeri ini adalah beban yang harus dibayar masyarakat US. Parah kan? (Apple dan Google aja, menghindar dari kewajiban ini). Dollar Amerika juga bertahan karena adanya minyak, jual-beli minyak apabila ingin dalam jumlah banyak wajib menggunakan mata uang tersebut. Namun tetap ada kekuatan yang me-rong-rong sehingga perang merupakan hal yang (menurut mereka) wajib untuk dilakukan demi menjaga 'keamanan'. Tidak ada dukungan masyarakat = tidak ada perang = dollar jatuh = kekuatan jatuh.
Namun sayangnya sekarang Trump sudah jadi Trump 2.0, buktinya dulu doi penganut Brezinski-an (bersahabat dengan Rusia, menjauhi China supaya Amerika win again). Tapi mungkin karena sangat parah ya politiknya, hingga akhirnya dia menganut Kissingerian (menjauhi Rusia dan mendekati China). Moment? Trump terbukti menyerang Syria saat makan Chocolate-Cake di Mar-A-Lago dengan Xi Jin Ping. Karena ini dukungan dari media konservatif agak berkurang. 
Selain itu pernah baca juga ndak? yang harga minyak saudi jatuh drastis, harga minyak hampir sama dengan harga produksinya yg berarti profitnya 0. Hal ini untuk menekan ekonomi Russia, yang exportnya paling besar berasal dari energi. Hal ini berhubungan dengan perang yang terjadi di Syria sebagai daerah yang merupakan persimpangan pipa menuju ke Eropa yang merupakan pasar monopoli Russia. War harus jalan, pisau di leher bagi kedua belah pihak, Anda atau saya yang mati.
Walau sudah demikian, hingga detik ini saya menulis, monetasi Google Ads masih tidak loose seperti biasanya sebelum Februari 2017. Strict censorship masih berlaku. Anda tidak akan bisa bebas sama sekali. Tapi dengan memahami cerita di atas, anda tau mana yang harus ditulis atau tidak jika ingin 'lancar'.
Inti dari di atas: bomb censorship menghambat pergerakan anarkisme-kebebasan yang disuarakan kawan-kawan yang bermodal terbatas dan mengamankan kepentingan korporasi.

Terhadap Konten Creator



Sebenernya bahwa globalist dengan memotong dana iklan 750 juta dollar ini secara tidak langsung ‘waging-war’ dengan content creator, di seluruh dunia. Para semi-IT yang dekat dengan expert-IT. Konten Creator yang pintar akan menggunakan Patreon sebagai sumber dana, dengan sistem tiap $ atau sen untuk tiap konten. Bagaimanapun lapar itulah yang membangun sikap puritan terhadap sesuatu. Lapar itulah yang mendorong untuk, menghancurkan penindasan. Masyarakat global sekarang makin sadar mana yang fake-news dan bukan. Saya Indonesia tapi saya melihat keluar, bukan karena apa... tapi karena nasib ‘negara-dunia-ketiga’ adalah sebagai experiment dari hal yang berhasil dilakukan pada ‘developed-country’. Apa yang preseden diluar selalu akan di konseptualisasi-abstraksi dan ‘dikerjakan’ di Indonesia.
Selain itu globalisasi sebagai preteks dari sentralisasi terbukti mempengaruhi dan di sini, menekan banyak orang!
Sebenernya Youtube sebagai platform hanya merupakan vessel saja, sama dengan facebook atau twitter. Yang riil adalah tentang bomb-censorship (saya suka menggunakan istilah konsep yg naratif). Sosial media sebagai maya-rium dan imperium avatar-avatar kita yang hidup di dalamnya, menjadi sebuah negara baru tempat kita tinggal. Karena kita sekarang ini hidup di dalamnya relatif lebih lama daripada tahun-tahun sebelumnya, misal tahun lalu berapa lama Anda menghabiskan waktu di FB?
Coba dihitung pada tahun lalu berapa lama sehari kita menggunakan smartphone, dibandingkan tahun ini. Waktu kita hidup pada dunia maya mungkin akan semakin lama, apabila kita melihat adanya teknologi VR.

Apakah 'dumay' masih profit?

Tentu Youtube masih profit, apa yang kita kerjakan tetap saja disebut kerja dan memiliki upah kerja objektif. Youtube kan cara bekerjanya, sama seperti situs lain. You sell your presence and its traffic. Tis the way it works. Just maintain those two on every platform available (bahkan linkedn, pinterest, dll) and all will works just fine!

Tidak ada komentar :

Posting Komentar