Suka {filsafat, ngoprek dan berkomentar}

3 Pertanyaan Simpel Untuk Menjadi Berdaya

Tidak ada komentar
Oke kadang saya nulis hanya untuk menambahkan log pada blog ini, ketika saya ingin kembali dan membaca lagi akan lebih mudah. Karena seperti kata Confucius, "Lebih baik tulisan pada kertas yang kusam daripada ingatan yang paling cerdas".

Saya mendapatkan hal ini dari acara TED, namun akan susah sekali untuk melihat kembali video dan lebih cepat untuk membaca. Jadi 3 pertanyaan ini harus dijawab dengan berurutan (tidak boleh dilompati) agar kita bisa termotivasi. Saya akan tulis dengan poin-poin reaksi di bawah agar mempermudah pencernaan pertanyaan-pertanyaan ini

Anda bisa, kalau berpikir bisa



Apakah Anda Yakin Mampu?

Ketika bertanya hal ini, saya mengingat soal apa yang sudah pelajari dan memandang lagi ke belakang soal 'kesejarahan' saya. Lebih mudah dan efektif bila kita mengembangkan apa yang sudah ada daripada mencari hal yang baru (apalagi sudah berumur 25 tahun, yg 65 itu rata-rata umur manusia). Bagaimana sih sebenernya kemampuan saya? Tidak mungkin kita ingin mengerjakan sebuah gedung bertingkat apabila kita adalah seorang petani. Tiap lahan, selalu ada jenis pekerjanya sendiri. Tiap orang selalu memiliki lahannya sendiri. Kenapa saya bilang demikian, karena kadang ada rasa 'kecil' apabila kita yang berada dalam bidang yang tidak populer (misal kesehatan lingkungan/jualan baju online), selalu melihat ladang orang lain lebih hijau yang akhirnya kita meninggalkan kemampuan kita yang paling mantap.
Saya sebenernya jago main gitar, tapi kalau naik panggung kalau dalam situasi tertentu kadang bisa jadi kaku (sedikit demam panggung). Saya tau beda antara 'enaknya main sendiri' dan 'nevousnya main dipanggung'. Inti cerita: orang ahli PUN bisa hilang keahlian di panggung bila meragukan dirinya sendiri. Percaya pada diri Anda!
Saya menilik misal saya merasa punya kelebihan dan kesukaan dalam scripting (menulis) dan misal berfilosofi (matematika, komputika) ya saya akan memperdalam hal itu. Namun kadang project meminta kapasitas lebih dari saya, yang akhirnya menuntut saya untuk baca-baca tutorial untuk melancarkan kerja dan kinerja. Lebih baik mundur 1 langkah kemudian melangkah 3x lebih cepat, begini kata hati saya ketika belajar hal baru.

Sebenernya dengan sikap mental yang sama, kita tidak perlu lho menjadi terlalu terindimidasi dengan project yang sangat besar, karena segalanya dapat dicicil.
Pernah teman saya galau soal permasalahan besar: misal seperti tuntutan menikah. Saya hanya bilang project itu semacam: makan habis pecel pagi ini. Kalau Anda tidak membagi permasalahan besar itu (seolah-olah makan sepiring habis, sekali suap), Gengis Khan pun juga akan mundur kalau itu yang dilombakan. Project itu kita cicil satu demi satu, kita bagi sedemikian dalam suapan-suapan supaya lebih mudah dimakan. 
Ilustrasi mind map untuk membantu membagi project Anda

Apakah Hal Tersebut... Memungkinkan?

Untuk menjawab memungkinkan mari kita tilik kembali soal pragmatisme. John Dewey sebagai pencetus pragmatisme yang kemudian menjadi ramai di Amerika Serikat itu menyatakan bahwa segala hal itu benar bila berguna. Yang akhirnya beliau selalu menuntut soal adanya sebuah teori / ilmu sebelum kita melakukan sesuatu supaya lebih efisien dan berguna.

Sedangkan teori itu selalu dalam rumus begini:
Bila X diubah menjadi X' maka Y dapat terjadi / Y tidak dapat terjadi bila X diubah menjadi X'. Silahkan diutak-atik saja. Contoh: apabila saya merubah formula pada gambar jualan saya menjadi lebih cerah/mengandung tulisan PREMIUM maka banyak yang akan klik lapak saya.
Setelah melihat kapasitas saya oleh pertanyaan kedua dituntut untuk melihat situasi luar. Apakah dengan ilmu yang ada pada buku masih bisa ditiru (kebanyakan tidak), apakah target bisa kita dapatkan?
Saya bilang ilmu yang ada dalam buku itu caranya tidak dapat saklek untuk ditiru, cobalah kita tengok buku tentang biografi facebook. Bagaimanapun pintarnya Anda dalam coding apabila Anda buat semacam facebook dari 0 dan bisa. Anda tidak akan bisa menyaingi sesuatu yang sudah ada. Sesuatu yang nyel meniru tidak akan berhasil, kecuali bila dibranding ulang. Intinya: ketika orang sedang bekerja di ladang emas, mungkin dia kan share cara untuk menemukan spot-spot atau cara untuk memurnikan emas. Tapi tidak akan pernah dia memberitahu di mana miliknya.
Pada pertanyaan kedua ini saya merasa menjadi peneliti, saya menguji secara REAL LIFE hipotesis saya yang kemungkinan berhasilnya paling besar dan kemudian bedanya. Saya akan dapat buah manis setelahnya.
*Selain itu Anda harus bisa melihat kemampuan diri Anda misal soal finansial, jangan buat sesuatu secara optimis-naif. Gak tau bakal menghasilkan uang atau tidak yang penting berkarya! (credo naif) Saya bukan orang yang materialis, tapi hidup sehari-hari juga perlu dipikirkan. Boleh berpikir 
Ilustrasi tangan berdarah


Apakah Hal Tersebut Layak Untuk Darah Anda (worth it)?

Saya tulis darah Anda, karena untuk membaca hal ini sampai pada titik akhir membuktikan bahwa Anda ingin bener-bener termotivasi. Darah melambangkan hidup dan mati, karena perjuangan terbaik manusia adalah ketika dia mempertahankan hidupnya sendiri. 

Ya kata-kata seperti 'mau bayar harga atau tidak' selalu saya ingat-ingat. Fakta bahwa banyak temen-temen share foto-foto beken di sosmed itu harus melalui perjuangan yang tidak sedikit. Fakta menyebutkan orang jarang sekali membagi kesusahan mereka di media sosial, namun kebanyakan hal-hal yang berhasil karena dianggap bisa membantu mereka di dunia nyata (meningkatkan kelas sosial misalnya).

Sesuatu yang membuat Anda bisa menghasilkan misal 1 milyar pertahun, pasti bener-bener pas kan untuk diperjuangkan? belum lagi dapat rumah, mobil sport, wisata rohani, wisata eropa dll. Ini mimpi standar yang digembor-gemborkan di MLM btw, tentunya kita punya impian yang berbeda.

Pertanyaan ketiga ini yang membuat saya pribadi jadi semangat untuk memperjuangkan nomor 1 dan terus menerus canvasing nomor 2. Visualisasi pertanyaan ketiga ini sangat penting sekali, karena jatuh dalam pekerjaan bisa membuat kita 'kebas' terhadap tujuan kita. 



Tidak ada komentar :

Posting Komentar