Berilmu, bermetafisika
Sepanjang saya belajar tentang ilmu metafisika (metafisika energi, non- filsafat), saya merasakan dan meneguhkan kata-kata tentang ‘everything in this world is magic’. Ranah metafisika berbeda dengan sains dan memang tidak bisa metode ilmiah menjadi satu-satunya cara, untuk menjadi bukti bahwa metafisika hanyalah akal-akalan / sebuah permainan persepsi.Secara garis besar, dalam dimensi metafisika energi ada 2 aspek yang mempengaruhi: 1. Energi dan 2. Keinginan.
Berbeda dengan sains, metafisika memperbolehkan penggunanya untuk memakai energi semau mereka dalam bentuk apapun yang mereka mau dan hal itu akan benar-benar terjadi kalau ada energi. Masalah energi inipun sejak dulu menjadi pergumulan yang tidak pernah selesai. Kebanyakan yang menggunakan energi iblis dengan suatu perjanjian, tapi yang saya pelajari adalah olah energi alam sebagai tenaga dalam.
Kembali pada topik pemakaian energi: mungkin memang seolah-olah kalau belajar hal seperti ini kita serasa dibodohi. Kadang kita sudah melakukan dengan benar cara-caranya tapi kemudian energi itu tidak keluar, guru kita akan mengatakan ‘wah, dimensi (penyimpanan) dan penyaluran energi kamu kurang besar’. Kemudian kita merasa skeptis dan kurang percaya (yang malah kita akan sulit mengeluarkan energi), tapi kemudian kita balas menguji guru kita. Guru kita mengarahkan energi itu pada kita dan kita merasakan energi itu pada kita dengan tiba-tiba (dalam kasus saya hanya dengan pandangan mata saja) saya sulit berbicara (gagu), dan benar-benar sulit bicara.
Memang sebuah paradoks ketika sesuatu itu belum terbukti dan kita harus percaya dulu untuk mengaktifkan dan bisa membuktikannya.
Namun dunia ini begitu luas, begitu pula dengan kemungkinan-kemungkinannya. Betul?
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar