Zona Citra Coret, Apa yang perlu diketahui tentang pencitraan
Dalam buku tersebut dibahas sebenernya kita berperang ini kan gampangnya tentang tarik ulur kekuatan untuk mendapatkan kesempatan. Tarik ulur kekuatan karena saya pikir juga kedua kerajaan yang dikisahkan itu tidak lebih kuat atau lebih lemah secara absolut satu sama yang lain, yang membedakan itu adalah waktu dan tempat saja. Kadang kerajaan A lebih kuat, kadang kerajaan B lebih kuat. Kerajaan A kuat dalam kondisi x, Sedangkan bila kondisi x hilang kerajaan B yang lebih kuat dan sebagainya.
Tarik ulur kekuatan untuk mendapatkan kesempatan
Namun di jaman ini pencitraan sebagai pembentukan Persona/Avatar Publik juga adalah bentuk-bentuk tarik ulur sendiri. Kadang negara A mencitrakan dirinya besar untuk mendapatkan kawan dan negara B dicitrakan jahanam supaya mendapatkan dukungan publik internasional. Tarik ulur tersebut menciptakan kesempatan untuk negara A bisa mendapatkan banyak support yang merupakan sebuah kekuatan sendiri untuk melawan negara B, atau lebih jauh lagi bukan hanya negara B saja tapi menjadi Total Dominator dari negara-negara yang ada.
Sebenarnya citra ini terbentuk sendiri secara alami oleh apa yang kita lakukan sehari-hari. Seperti misal nabi yang melakukan hal-hal dengan baik dan sesuai dengan citra Tuhan maka nabi tersebut dicitrakan sebagai seseorang yang baik dan berkenan pada Tuhan. Namun pragmatisme membisikkan 'mengapa kita berlama-lama untuk mendapatkan citra? ayo pasang topeng!'. Di sini lah yang akan saya bahas secara lebih dalam.
Kunci pencitraan atau tidak adalah dari track record
Setelah saya analisis secara mendalam dari kesejarahan saya, pencitraan secara pragmatis didapatkan paling cepat adalah dengan melakukan 'demonizing' orang lain (genealogi negatif), sedangkan pencitraan yang riil dari timbunan karya positif cenderung jadi opsi yang kedua (genealogi positif) karena bila pencitraan macam ini dipragmatiskan akan lebih lama jika tanpa blast publication dan lebih mahal karena harus menciptakan manfaat yang besar atau setidaknya persepsi dari hal tersebut. Simply to say untuk mereverse apakah itu pencitraan atau bukan, kita harus melihat track record sebagai (kalau orang akademik ngomong) kontrol: Ada pencitraan dan ada track record. Nah track record ini yang merupakan 'wajah asli/sifat objektif' dari orang tersebut. Karena dari track record dapat kita simpulkan apa kesejarahan, hal yang paling berharga, -isme yang dianut dan karakter dari orang/pihak tersebut.
Genealogi Negatif
'Huhuhu... saya gak percaya kalau dia tega banget sama saya, dia memukul dan mencakar tangan saya sampai berdarah (sambil menunjukkan tangan yang luka). kan sakit...', kata Z. 'Siapa dia?' timpal Y, 'Si B' balas Z.
Genealogi Positif
Seperti para menteri yang mengadakan acara, sebenarnya dilakukan baru 2 kali saja. Tapi fotonya dibesar-besarkan dan disebar-sebarkan ke mana-mana dan dipersepsikan meyakinkan logika dan menggugah rasa masyarakat yang tidak kritis apalagi membawa-bawa agama sebagai dalil ataupun bahkan kebhinekaan kalau perlu. Don't take me wrong, something like this is created including favorable attributes to a certain tribes. Karena pencitraan itu selalu ada target dan selalu ada yang ingin dicapai.
Dilihat saja sudah jelas kalau kentang itu tumbuh - kentang yang bertumbuh |
Seseorang melakukan sesuatu, itu sudah membentuk citra-nya, disengaja atau tidak.
Saya menulis judul dari post ini sebagai 'Zona Citra Coret' bukan berarti saya benci dan menghindari pencitraan supaya dianggap baik.... tidak juga.... Menurut saya, akan menutup 'dialog' apabila kita menjadikan pencitraan hanya sebagai anathema. Ilmu sosial bukanlah ilmu pasti seperti ilmu sains. Seseorang melakukan sesuatu, itu sudah membentuk citra-nya, disengaja atau tidak. Pencitraan (menurut saya) tidak dari dirinya sendiri jahat, niat-cara-hasil lah yang membedakan hal itu jahat atau baik. Namun di sini yang saya ingin lebih tekankan adalah kita perlu hati-hati dengan hal tersebut karena tanpa adanya sikap kritis, kita akan membiarkan orang-orang mendominasi diri kita sendiri dengan pencitraan.
Hal ini pun juga tidak terlepas dari kesejarahan penulis yang mengalami berbagai hegemoni pada jaman organisasi, hegemoni ini tunduk pada kepentingan para orang yang melakukan pencitraan. Entah itu untuk mendapatkan cewek cantik lah, akses-akses keuangan organisasi/kampus, free-support dari kawan-kawan (utangan/bantuan), posisi, dll. Saya pun berusaha untuk tidak melakukan 'condemning' mati-matian terhadap hal tersebut, karena jelek sekali efeknya kalau kita 'menutup pintu dialog' dengan intrapersonal kita sendiri: bisa jadi saya terkena hal yang sama ke depannya. Sehingga memang hal ini harus diantisipasi ke depan.
'Mung iso ngguyu... kok koplak men to biyen wkwk' (hanya bisa tertawa, kok dulu bisa bodoh banget!)
Hal ini pun juga tidak terlepas dari kesejarahan penulis yang mengalami berbagai hegemoni pada jaman organisasi, hegemoni ini tunduk pada kepentingan para orang yang melakukan pencitraan. Entah itu untuk mendapatkan cewek cantik lah, akses-akses keuangan organisasi/kampus, free-support dari kawan-kawan (utangan/bantuan), posisi, dll. Saya pun berusaha untuk tidak melakukan 'condemning' mati-matian terhadap hal tersebut, karena jelek sekali efeknya kalau kita 'menutup pintu dialog' dengan intrapersonal kita sendiri: bisa jadi saya terkena hal yang sama ke depannya. Sehingga memang hal ini harus diantisipasi ke depan.
'Mung iso ngguyu... kok koplak men to biyen wkwk' (hanya bisa tertawa, kok dulu bisa bodoh banget!)
So, that's it.. what's your opinion? write in the comment brohhhh
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar