Suka {filsafat, ngoprek dan berkomentar}

Kontra emosi: gelap mata

Tidak ada komentar
Cukup sulit untuk melafalkan pada judul blog post ini tentang bagaimana emosi saya sekarang ini, sekilas terlihat memang berupa sesuatu yang meluap-luap. Awalnya emosi ini bukan karena sesuatu yang dikenai kepada saya secara langsung, tetapi karena suatu berita yang ada di suatu surat kabar pagi ini. Berita itu mengenai pembunuhan, secara garis besar yang saya baca adalah sebagai berikut
"Satu keluarga dibantai sewaktu ayah pergi main golf". Dikisahkan penyebab kasus ini diduga hanya karena persengketaan tanah, tetapi ketika melihat bahwa anggota keluarga tersebut terlebih dahulu diperkosa sebelum dibunuh adalah suatu kemerosotan dan kutukan yang tidak akan habis kepada pembunuh kasus ini. Bagaimana tidak? Posisi wanita yang seharusnya dilindungi, dan dipastikan untuk dipunyai seseorang begitu dia lahir diperlakukan demikian??


Memang orang-orang dengan mudah akan mengatakan, mungkin lepas kendali kemarahan memang jarang bisa disalahkan. Tetapi saya katakan, saya tidak menyinggung lagi soal agama, karena nyatanya orang-orang pada jaman sekarang ini banyak sekali melanggar konsep dosa yang diatur oleh agama masing-masing dengan egoisme nafsunya

Tetapi dalam hal ini saya menyinggung lebih keras kepada bagaimana kesadaran hidup masing-masing insan tersebut, kesadaran itu nyata dalam bagaimana berperilaku, pemilihan berperilaku itu berdasarkan apakah yang mendasari pemikiran itu, hal yang jelas saya maksud ini adalah kemauan berfilosofi kehidupan masing-masing insan. Banyak orang meributkan dosa dan keharusan /pun aturan-aturan tradisional yang menganggarkan balasan kebaikan dan tuntutan kejahatan tanpa melihat filosofi dari perbuatan dilihat dari sudut pandang berbagai orang. Kurangnya pemahaman ini terlihat bagaimana orang dengan mudahnya membunuh dengan keji (padahal istilah membunuh sendiri adalah sesuatu hal yang keji). 

Kembali lagi seperti yang saya katakan, kutukan yang tidak akan habis. Bahkan jemari untuk membunuh yang dilahirkan dari ibunya sendiri, akan ikut mengutuki pembunuh ini. Bagaimana tidak, harta ditukar nyawa, dia (pembunuh) pikir hal itu akan membahagiakan ketika dia bisa mengintimidasi laki-laki (Ayah dari keluarga), yang kemudian pergi, dan dia mendapatkan harta berupa tanah itu? Ooo.. jangan salah! Hukuman kebenaran itu tepat sasaran, kutuk memang tidak akan kena kalau tidak ada alasan, tetapi seperti Kain membunuh Habel, maka tanduslah segala pertanian yang diusahakan oleh Kain oleh karena darah adiknya yang tertumpah itu sama seperti pencuri bebal itu akan ditekuk oleh Tuhan sendiri.

Ingatlah dan camkanlah selalu kawan-kawan yang saya cintai, Tuhan mengawasi kita dari surga secara terus menerus melihat gerak-gerik kita. Keywordnya adalah: Kasih, hilangkan egoisme nafsu, agama dan filsafat harus ada secara seimbang, & kebahagiaan sejati datang dari Tuhan bukan dari barang mati.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar