Suka {filsafat, ngoprek dan berkomentar}

Review Nazarudin Demokrat

Tidak ada komentar
Berbicara mengenai politik dan seluk beluk korupsi di Indonesia memang seolah tidak pernah usang. Tanpa disadari terjadi fenomena negara yaitu terkuaknya kasus korupsi satu persatu. Entah melalui suatu sumber koruptor ataupun masyarakat tokoh yang mengetahui, tetapi yang pasti kasus ini selalu mengisi media masa seakan menjadi snack bagi masyarakat di Indonesia.


Saya di sini lebih menekankan pada karakter ataupun tokoh Nazarudin. Saya tidak akan membahas secara rumit tentang apa yang dia jelaskan, tetapi lebih kepada keberadaan dirinya. Sebagai bendahara umum partai demokrat, mengungkapkan tentang dugaan kasus-kasus korupsi yang terjadi di kubunya, kita bisa mengetahui 3 hal yang mungkin memotivasi orang ini: Mungkin ada sesuatu yang membuat dirinya tidak suka di partai ini karena masalah pribadi / perseorangan yang kemudian membawa pada suatu perbuatan yang membelot atau bila kita mau melihat dari sisi baik (yang walaupun demikian dirinya juga terlibat korupsi) bahwa dia mau mengungkap semua kasus korupsi sebagai whistler blower yang aman di luar negeri (kebal secara hukum) yang mungkin sudah matang ketika mempelajari gerakan-gerakan penguncian pada kasus Susno Duadji atau dia ada sebagai pengalih ataupun dibayar untuk menutupi agar suatu kejadian yang sangat krusial ketika diketahui masyarakat.

Menurut analisis yang saya lakukan 40% lebih isi berita selalu menghembuskan isu ini, entah sebagai pengisi acara, entah sebagai tekanan kepada pihak tertentu, dll. Yang kemudian menegaskan Nazarudin sudah menjadi bintang ataupun selebriti dengan tidak mengindahkan bahwa penonton bakal mengagumi ataupun mengernyitkan dahi ketika melihat wajahnya.

Tapi yang harus kita ketahui bersama, bahwa menurut teori manajemen prioritas yang saya pelajari seharusnya negara dan media bisa menerapkan kebijakan dan atensi dengan lebih baik kepada potensi masalah yang lebih penting di masa depan daripada terus memikirkan masalah yang tak kunjung habis pada Nazarudin ini. Melepas jabatan (jabatan yang tidak terlalu perlu) / kepentingan pribadi misalnya popularitas partai demi pemerintahan yang benar-benar murni, yang secara objektif berhasil, tanpa memerdulikan cemooh yang tidak produktif.


Bukannya kemudian menganggap kasus ini tidak penting / dilepaskan begitu saja, tetapi lebih kepada membangun kepercayaan diri masyarakat untuk dapat selalu berkembang dalam iklim positif yang realistis. Yuk bangun negara ini ;)

Tidak ada komentar :

Posting Komentar