Mei 2013 : melihat berita sering memuakkan
Lihat situs2 berita online yang banyak tersedia secara gratis di internet faktanya tidak membuat saya semakin pintar dan mengerti, untuk pola pendidikan seperti jaman ini (pendidikan secara klasik) yang hanya mengobservasi saja, Melihat berita menurut saya adalah pola mendidik pikiran kita untuk terbiasa dengan pemberitaan yang ada di media. Dengan kita terbiasa melihat hal-hal tersebut ditakutkan kita akan menjadi biasa dan kehilangan pakem yang seharusnya. Namun tidak selalu seperti itu, memang media bertugas memberitakan. Namun harus ada agenda yang 'cerdas' dan berpihak pada Rakyat Indonesia sendiri.
Mari saya jelaskan :
Jadi menurut pendapat saya yang terbaca (secara implisit) pemberitaan khususnya dari media masa di Indonesia:
- Bobroknya moral pejabat publik. Contoh: kasus korupsi dari pangkat yang paling kecil hingga big boss, dari tokoh sekuler yg ahli hukum hingga tokoh agama.
- Bobroknya moral politik partai. Contoh : artis-artis banyak yang kemudian masuk badan legislatif ataupun eksekutif demi kepentingan partai.
- Bobroknya pelaksanaan hukum. Contoh :banyak ketidakadilan, yang mempunyai uang bebas sedang yang miskin terhukum berat
- Rendahnya mutu jual SDA dan kualitas SDM Pekerja Indonesia. Contoh : terlalu menyoroti kasus kemiskinan
- Kasus-kasus yang berkepanjangan. Contoh : penyiksaan TKI, Pembunuhan, Kecelakaan, Pelecehan
Melihat saja dalam sekali pandang bagi saya memiliki artian sbb
Nomor 1 dan 2 : negara kita diatur secara oligarki dan bukan oleh rakyat, selama hal ini terus terjadi kita g akan pernah maju.
Nomor 3 : negara kita lemah secara hukum, maka tidak ada kepastian akan keadilan bagi rakyatnya, bagi yang minoritas (tidak hanya soal agama : tapi soal ras, status ekonomi, pengetahuan, kasta antara majikan dan pekerja, dll.), selama hal ini terus terjadi maka penindasan tidak akan pernah selesai
Nomor 4 : negara kita tidak peduli dengan hal-hal tersebut dan seakan-akan kita dianggap (oleh diri kita sendiri) sebagai bangsa inlander dan tidak bisa menjadi bangsa maju. Pernahkah Anda membayangkan bangsa kita bisa untuk sepercaya diri spt bangsa Jerman / menjadi sekuat Nazi? Jika Anda terkungkung dalam kata-kata 'identitas bangsa' yang tidak demikian (bangsa pribumi yang murah senyum dlm sektor pariwisata) maka saya yakinkan bahwa Anda terkurung dalam jiwa kebangsaan yang dikerdilkan.
Kita harus memikirkan hal seperti ini :
- Kolom pemberitaan sekarang ini tidak bisa netral, dan oleh karena sistim saham (tbk) pemberitaan ini bisa dimiliki oleh siapapun. Siapapun ini dengan pengetahuan yang maju bisa saja merubah informasi demi kepentingannya dengan menghiraukan kepentingan orang banyak alias dengan kata lain tidak ada situs pemberitaan yang netral.
- Pengalihan isu secara serempak sering dilakukan media untuk menutupi pemberitaan yang seharusnya ada.
- Berita sebelum opini adalah fakta, sebelum terjebak dalam opini media pastikan bagaimana opini Anda. Opini bisa dalam bentuk perasaan ataupun pemikiran, yang Anda pikirkan secara kritis dalam diri sendiri bisa juga lebih baik dari yang dipikirkan oleh media / tokoh-tokoh dalam pemberitaan itu, namun ada baiknya tetap dalam state open-minded.
- Bangsa dan tanah kita Indonesia adalah bangsa yang sopan, santun dan cerdas serta memiliki tanah air yang subur. Bukan berarti saya orang yang suci, tapi jangan pernah terbelokkan oleh karena sosok artis / tokoh masyarakat yang memiliki mental berborok dengan kebiasaan yang menjijikkan. Tetap merasa prihatin tapi jangan benci orangnya. Karena saya juga sempat 'menganggap biasa' kebiasaan seorang tokoh masyarakat dan menganggap tindakannya memasyarakat (tidak salah) dan melakukan sendiri tetapi setelah ada suatu kejadian saya sadar, insyaf dan tobat.
- Jangan mudah percaya, sebelum Anda melihat dengan mata kepala sendiri, mendengar dengan telinga sendiri, merasakan dengan kulit sendiri, mencium dengan hidung sendiri. Namun tetap hati-hati dan open-minded.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar