Suka {filsafat, ngoprek dan berkomentar}

Fanatik menjauhkan kebenaran dari kita (pilpres 2014)

Tidak ada komentar

 Karena kebenaran itu letaknya di luar maka fanatisme akan menjauhkan manusia dari kebenaran, hendaknya fanatisme itu terletak pada pencaharian kita pada kebenaran itu sendiri dan bukan pada klaim final akan kebenaran yg sifatnya bogus dan indiferent. Kebenaran itu absolut, satu, tidak terbagi, universal, indah, misterius, besar, transendental dan sulit dipahami dgn otak dan pembahasaan manusia,

Dengan sifat manusia yg hanya bisa berkata-kata akan sesuatu yg pernah dia alami saja (ada di dunia) maka sesuatu yg transendental tidak akan mampu terjelaskan secara mutlak dan sempurna oleh yg imanen.


Apa yang kita persepsikan sbg kebenaran hanyalah suatu probabilitas thd penafsiran yg masih harus diuji sepanjang hayatnya. Sbg probabilitas tentunya idol-idol penafsiran kita harus selalu dikritisi, tentunya dengan rasa yang tidak enak untuk mengunyah - melepeh - mengunyah - melepeh lagi, dst. hal tersebut.

Tidak enak juga utamanya karena kita meragukan (lagi) idol itu sbg kebenaran namun di sisi lain sifat alami manusia yg membutuhkan suatu kebenaran utk berpegang tidak terbantahkan.

Tapi karena sifatnya yang satu, hati nurani adalah tempat penggalian kebenaran dan hati nurani akan ada bila nafsu / sifat kedagingan dikesampingkan

Maka ketika pembelaan kehilangan prinsip kritisnya maka dlm hal ini 'kebenaran suatu pembelaan' trgtng pd selera msg2 org.

Ditegaskan dlm pepatah latin dgn jelas 'De Gustibus Non Est Disputandum' → selera tidak bisa diperdebatkan.


----------------
 Kritik terhadap debat capres yg semakin padat dan ngawurrr .. hehehe

Tidak ada komentar :

Posting Komentar