Kerohanian pertapa muda
Lihat jaman dahulu ketika Ratu Shima dari kerajaan kalingga yang menguji rakyat dengan sekantung emas, tapi yg terkena adalah putranya sendiri dan dia tega menghukum potong kaki putranyaAjaran-ajaran baik sekarang ini bagaikan pihak ketiga, "ASING"
diiyakan-dilihat tetapi tidak dijalankan,
dijalankanpun tanpa penghayatan,
penghayatan ini perlu karena dengan itu alunan syair itu menyatu dalam perbuatan kita, bagaikan mantra yang terhafal karena pelafalannya demikian juga perbuatan itu akan mengingatkan kita akan apa yang baik yang telah diajarkan. Kadang kupikir kita menghindari itu adalah karena ketakutan dan bisikan iblis yang ada dalam masing-masing manusia, entah dalam bentuk apapun itu.
apabila perbuatan kita adalah masakan bagi Sang Maha Koki,
maka apa tidak sebaiknya kita memasak dengan amat sangat baik?
bau masakan yang baik akan tercium sendiri, tapi enaknya bau itu tidak karena hidung manusia tapi milik Sang Maha Koki itu sendiri.
Ingin sekali menyepi dari keramaian, mengalihkan diri dlm kterasingan, menyendirikan perasaan, menyangkarkan diri dari keduniawian, menyatu dengan alam, menjaga kemurnian intensi, memekakan perasaan, berhenti sejenak dari arus kesibukan dan menghilangkan presensi ego dengan harapan menguatkan bentukan altruistik dalam diri.
~duc in altum~
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar