Suka {filsafat, ngoprek dan berkomentar}

Ayo perhatikan anak-anak kita

Tidak ada komentar
Bagi anak-anak cinta ibarat oksigen baginya untuk bernafas, yg harus diberikan tanpa henti dan tanpa syarat dari orang tuanya Cinta menjadi bekal bagaimana dia kemudian nanti pada waktu dewasa. Tanpa dicintai sebelumnya, anak-anak kelak akan sulit mencintai pada saat dia dewasa. Bagaimana ia bisa mencintai kalau tidak dicintai sebelumnya? Bagaimana bisa memberi kalau tidak mempunyai?

Hukuman bagi anak harus diarahkan untuk pendidikan karakternya tanpa melupakan sifat anak-anak yang: pemberani, suka bermain, penjelajah, tidak tahu dan sangat ingin tahu, polos, terbuka,murni dan penyayang. Konsekuensi dari sifat ini adalah immunitas anak atas tanggung jawab thd kesalahannya, shg bila ada kesalahan pada anak bukankah seharusnya orang dewasa (di sekitarnya) yg wajib menanggung seluruh tanggung jawabnya?

Anak-anak bukanlah miniatur (bentuk mini) dari orang dewasa, dia merupakan senyawa lain yang unik, dia tumbuh dari bermain, dicintai dan bahagia karena itu. Namun fakta ini jarang disadari dan menjadi paradigma untuk anak-anak diperlakukan, mendengar dan belajar hal-hal orang dewasa serta secara bawah sadar terdidik karena itu.

Kasus penganiayaan anak mmg tidak lepas dari masa lalu ketidak-bahagiaan sbg anak dari orang tuanya. Namun disebut dewasa mengandung konsekuensi utk mau dihajar lebih keras dan memperbaiki dirinya guna meluruskan kembali bagaimana pakemnya. Haruskah kesalahan ortu di masa lalu menyebabkan ortu masa kini dan masa depan mengulang kesalahan yang sama?

Tidak ada komentar :

Posting Komentar